Rabu, 01 Mei 2013

Antara Asa dan Kecewa

Dua kali ku berada dalam kekecewaan
kecewa saat aku harus berjuang, berjuang, berjuang
tetapi hanya kegagalan yang ku dapat
usaha-gagal-usaha-gagal
aku tidak pernah ingin menyalahkan siapapun
aku mengerti semua ini kembali pada kesalahanku
kalian tau !!
dua masa itu, aku seperti berada di ujung jurang
yang jika saat itu aku sedikit saja lengah, mungkin ada banyak hal negatif yang akan muncul
aku akan menyalahkan ini dan itu
aku akan membenci ini dan itu
tapi, sesaat aku mulai menyadari
menyadari saat yang kurasa hanya kekecewaan
mungkin, ada yang salah dengan niatku
mungkin, ada yang salah dengan harapanku
apa yang salah dengan harapan sebuah ijazah? sebuah sanad?
kecewa ini, rasa sakit ini. Aku harap aku bisa mencari sumbernya
akhirnya aku mengerti, kecewa ini mungkin karena ku tak ikhlas
ku harapkan lebel dunia hingga aku lupa lebel akhirat
cinta butaku, rasa ambisius dan egoku melihat lebel itu
menutup penglihatanku tentang ahlu al-Quran
tapi kegagalan yang kedua ini aku tidak begitu bersedih
ada banyak sebab yang membuatku tetap tersenyum
melihat mereka, orang-orang yang kusayang dengan bahagia menerima ijazah
setelah beberapa kali kudengar keluh kesah mereka ditengah usaha mereka
Barakallah fikum.. Semoga Allah memberikan kasih sayangnya kepada kita
Terakhir, ingin ku ucapkan, ingin kuteriakkan
Aku mencintai kaliah ahlu al-Quran, aku mencintai guruku, ustadzku semoga Allah menjagamu, keluargamu dan yang tepenting aku akan tetap selalu berusaha mencintai al-Quran
kuharapkan cintaku membuatku bisa selalu bersama kalian, seperti apa yg disampaikan kekasihku Rasulullah SAW :
أنت مع من أحببت
Ijazahkah itu, sanadkah itu..
itu tak sepenting ikatan keluarga ini
ikatan yang dibangun atas nama al-Quran
Sekali lagi semua kembali kepada kesaksian tuhan Allah Azza wa Jalla
و كفى بالله شهيدا
"Cukuplah Allah sebagai saksi"
dear my teacher -Izinkan ku berjuang dengan cara yang lain-

Minggu, 31 Maret 2013

Aku dan Impianku

 Aku dan Impianku

"Bukan tak ingin berperang, tapi aku hanya takut itu kembali terulang"

Kondisi tahap karantina pembelajaran
Kisahku bersama mereka sebenarnya merupakan kisah terbaik. Bayangkan ! Jika kalian mempunyai satu teman baik dalam hidup kalian, kalian pasti sangat senang ketika dia selalu memberikan banyak hal baik kepada kalian. Sedang mereka, aku merasa tidak ada satupun dari mereka kecuali mereka berharap  yang terbaik untukku. Harapan mana yang lebih baik selain harapan menjadi Ahlu al-Quran !!!
Kembali ke beberapa waktu yang lalu !! Saat itu aku berada dalam posisi satu langkah menuju impianku, impian mendapatkan Ijazah sanad matan Al-Jazari.Impian ini merupakan salah satu list tujuanku saat mengikuti organisasi IAC (Indonesia Al-Quran Community). dan IAC sendiri adalah lembaga karantina ilmu yang bertujuan untuk memperdalam ilmu Tajwid dan Qiraat al-Quran sehingga seseorang dapat meminimalisir kesalahan dalam membaca Al-Quran. Oleh karena itu, mendapatkan Ijazah Sanad Matan Al-Jazari merupakan salah satu impian para peserta. Teringat dengan sebuah perkataan :
لو لا الإسناد لقال من شاء ما شاء
" Sekiranya bukan karena sanad, maka siapapun akan mengatakan apa yang ia ingin katakan"
Proses ujian lisan

Singkat cerita, ada beberapa tahap ujian yang harus dilewati oleh peserta demi mendapatkan Ijazah tersebut. Ujian lisan, tulis, dan terakhir Munaqosyah. Ujian lisan dilewati dengan menyetorkan hafalan matan al-Jazari sebanyak 109 bait tanpa ada kesalahan, dan alhamdulillah aku melewatinya dengan lancar walaupun nilaiku tidak mencapai garis sempurna. Akan tetapi saat itu aku sudah cukup bahagia karena seingatku hampir 2/3 dari peserta gugur dalam tahap ini. Selanjutnya tahap ujian tulis, Munaqosyah.
Tahap Ujian tulis
disini guru kami sekaligus ketua lembaga ini ust. Hanova Maulana semoga Allah memuliakan beliau memberikan kami beberapa pertanyaan kemudian kami menjawabnya dalam jangka waktu 180 menit sekitar 3 jam. Pada tahap ini, cita-cita kembali diuji dengan ujian yang luar biasa, karena kami harus mempelajari ilmu Tajwid secara keseluruhan tanpa kecuali, sebelum mengikuti ujian tulis ini. Sekali lagi Segala puji hanya milik Allah, alhamdulillah tahap ini kembali bisa aku lewati. Untuk tahap ini, hanya sekitar 8 orang yang mampu melewati dan berhak melanjutkan tahan berikutnya yaitu Munaqosyah.

Tahap ketiga Munaqosyah
Entah kenapa saat memasuki tahap ini, ada banyak hal yang menggangguku. Sejujurnya saat memasuki tahap ini, aku selalu memikirkan niatku, sejauh mana ikhlas menjaganya.
Hari-hari menjelang munaqosyahpun tiba, karena giliran tergantung undian maka akupun berada di gelombang pertama untuk munaqosyah. Rasanya sangat menegangkan, hari-hari terasa mencekam, walaupun sudah bolak balik buku pelajaran, tapi tetap saja terasa masih kurang. Oh iya, Munaqosyah adalah tahap dimana kita akan diuji di depan umum dengan berbagai macam ujian, baik itu penguasaan materi secara keseluruhan atau praktek tilawah al-Quran dengan hukum tajwid yang benar. Disana kita akan diuji langsung oleh ust Hanova di depan para peserta lain.


















Rabu, 20 Maret 2013

Warna-warni Kehidupan Masisir

Warna-warni Kehidupan Masisir

Oleh : Shibghatullah Ahmad

Orang yang paling bisa bertahan hidup bukan orang yang kuat, bukan pula orang yang pintar tapi orang yang bisa bertahan hidup adalah orang yang mampu beradaptasi dengan perubahan” (C.Darwin)
Siapa yang tak pernah membayangkan bagaimana indahnya kehidupan di Mesir, berbagai macam novel dan film-film lebar sudah banyak menceritakan dan menggambarkan betapa indahnya negri para Nabi ini, tak heran sedikit banyak para mahasiswa yang datang ke negri ini lahir dari motivasi yang tumbuh karena sebuah film atau sebuah novel. Akan tetapi tidaklah semua hal yang indah itu benar-benar terjadi di negri ini, seperti kata pepatah masisir “Disini lahir seorang yang mulia Nabi Musa .As dan lahir pula seorang yang paling buruk Fira’un”, keindahan-keindahan yang menjadi impian tidak jarang berakhir menjadi duka dan tangis penderitaan. Bukan karena kekurangan yang dimiliki tapi karena ketidaksiapan diri untuk beradaptasi dengan lingkungan. Fikiran yang selalu terikat dan terbatas hanya pada pesona Mesir sedang tubuh berusaha bertahan dari keras dan kejamnya negri ini.
Masisir komunitas pelajar mahasiswa Indonesia Mesir yang saat ini menempuh jenjang pendidikan di negri ini sudah hampir mencapai 4000 mahasiswa, jumlah yang tak sedikit untuk ukuran pelajar Indonesia di luar negri. Menuntut ilmu di negri orang bukanlah hal yang mudah, butuh bukan hanya sebatas kepintaran dan kekuatan tapi juga butuh kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan.
Tulisan ini tidak akan mampu mencatat dan menggambarkan betapa banyaknya corak cerita dan kehidupan di Negri Kinanah ini, negri ini mampu membuat seseorang tersenyum dan mampu membuat seseorang menangis. Para mahasiswa yang datang ke negri ini selalu berangkat dari niat yang tulus yaitu menuntut ilmu agama tapi sedikit dari mereka yang sadar bahwa tidak hanya sekedar niat yang tulus yang menjaga mereka dinegri ini tapi juga butuh tekad dan sikap konsisten untuk menajaga niat itu.
Ibarat menaiki sebuah perahu layar, setidaknya harus memiliki kesiapan akan datangnya ombak besar. Laut yang begitu indah dipandang dari tepinya, memiliki keganasan didalamnya. Mahasiswa yang dulunya semangat menuntut ilmu akhirnya beberapa tahun kemudian menjadi pembisnis, aktivis, dan yang paling buruk mereka menghabiskan waktu mereka disni bersama laptop-laptop mereka.Al- Azhar sebagai Universitas terpandang di dunia hanya menjadi ladang tempat ujian, pada akhirnya mereka hanya melakukan satu hal “Ujian untuk belajar, belajar untuk ujian”. Inilah salah satu faktor yang menjadikan intelektual masisir mengalami kemunduran, belajar hanya sebatas kewajiban bukan kebutuhan.
Berbeda dengan beberapa golongan mahasiswa yang lain, justru kondisi kehidupan mesir seperti ini menjadi pendorong kesuksesan mereka. Mereka berbisnis, aktif dalam organisasi dan jejaring sosial akan tetapi tetap mendapat predikat yang baik dalam pendidikan, kenapa demikian? Mereka mampu melihat kondisi kehidupan di negri ini, dan mereka juga mampu memilih mana yang lebih prioritas dalam hidup mereka. Sekali lagi ini bukan tentang kekuatan dan kepintaran seseorang  tapi ini tentang kemampuan seseorang beradaptasi terhadap lingkungan sekitar. Apapun yang diraih di negri ini, menjadi pembisnis terbaik, aktivis terbaik atau apapun itu, tidak akan mengubah pandangan masyarakat Indonesia bahwa mahasiswa Al-Azhar adalah yang terbaik dalam bidang agama. Oleh karena itu, Apapun warna kehidupan di negri ini, hitam putih yang dilalui, setidaknya milikilah pegangan yang kuat bahwa kita akan kembali ke negri tercinta kita Indonesia, apa yang akan kita berikan untuk negri kita???

Alexandria part II

Hari Jumat tgl 21/9/2012 jam 10.30 CLT
Alhamdulillah semua masalah sudah selesai, kami memesan tiket kereta api yang berangkat jam 12.00 CLT dari stasiun Ramsis menuju Alexandria. Sambil menunggu menuju stasiun Ramsis, aku dan beberapa teman melengkapi bekal makanan untuk perjalanan rihlah sambil berbicang ringan dengan ust Abu Syauqi dan teman-teman IAC.
Suasana gerbong kereta
Hari Jumat tgl 21/9/2012 jam 11.00 CLT
Kami langsung menuju stasiun Ramsis yang cukup jauh memakan sekitar 30-45 menit dari tempat kami berkumpul, karena banyak bekal yang kami bawa untuk perjalanan rihlah selama dua hari. Akhirnya rombongan kami bagi dua, sebagian besar rombongan naik angkot biasa menuju stasiun, dan Ust Abu Syauqi beserta istrinya naik taksi sambil membawa bekal-bekal untuk perjalanan kami.
Kami tiba di stasiun tepat pukul 11.35 CLT, hatiku merasa senang karena ini perjalan pertama kalinya aku menuju Alexandria dengan mengendarai kereta api. Dalam benakku aku berfikir “enak tidak ya kereta api mesir?”, dari cerita-cerita yang ku dengar katanya perjalanan jauh lebih indah jika melalui kereta karena bisa melihat berbagai pemandangan Mesir. Opss aku lupa!!! ternyata ust Abu Syauqi belum juga tiba di stasiun, di tengah kegembiraan akan berangkat, aku dan teman-teman kembali khawatir karena ust belum juga datang, sedang kereta api akan berangkat jam 12.00 CLT. Kami pun berusaha menghubungi beliau karena semua bekal perjalanan ada bersama beliau, jadi kami menahan beberapa anggota untuk tetap diluar agar bisa membantu mengangkat bekal, dan sisanya masuk kedalam stasiun.
Hari Jumat tgl 21/9/2012 jam 11.40 CLT
Saya dan kakak saya
Di sini mulai terjadi moment-moment lucu rihlah ini, aku dan teman-teman yang di tugasi untuk menunggu ust mulai kebingungan mencari ust, karena seperti yang kalian tahu bahwa ramsis itu gabungan terminal dan stasiun, jadi jelas kalau setiap saat tempat itu ramai dengan berbagai jenis manusia. Ditengah detk-detik keberangkatan kereta, kami berusaha menemukan ust yang katanya beliau sudah sampai di Ramsis, “ sempatkah kita?”ucapku dalam benakku, jam sudah menunjukkan pukul 11.52. Alhamdulillah kami bertemu beliau dan langsung tancap gas menuju kedalam stasiun, kami bagi-bagi semua bekal untuk di angkat menuju kedalam stasiun, aku mendapat tugas mengangkat satu kardus air minum aqua, dan salah satu anggota yaitu bang Poltak mengangkat sisa bawaan yaitu bekal makanan dengan menggunakan kantong plastik hitam besar yang berisi peralatan masak serta sebagian makanan seperti sambal dll.
Hari Jumat tgl 21/9/2012 jam 11.52 CLT
“ Sep… Ayo masuk !!!” teriakku dengan nada semangat dan buru-buru karena takut ketinggalan kereta. Setelah masuk stasiun siapa yang mengira bahwa rombongan yang kedua ini belum mengenal banyak tentang kereta dan gerbongnya, kami hanya masuk dan melihat satu kereta yang sudah dalam keadaan siap berangkat. “ Itu keretanya” ucap bang Poltak dengan nada yakin. Kami pun berlari kecil untuk masuk kedalam gerbong pertama, karena melihat bang poltak sebagai orang lama dan berpengalaman, dengan sigap dan cepat kami mengikuti bang poltak masuk kedalam gerbong pertama.
Suara orang-orang mesir yang beradu, suara kereta yang terdengar khas di telingaku menemani pencarian gerbong tempat kami akan duduk di kereta. Sesaat aku teringat dengan berbagai film romance korea yang pernah ku tonton, di situ di ceritakan seorang laki-laki berusaha mengejar kekasihnya lalu mencari di setiap gerbong untuk menemukanya, dengan perasaan harap-harap cemas untuk bisa segera menemuinya. Mungkin begitulah perasaan kami saat itu.
Hari Jumat tgl 21/9/2012 jam 12.00 CLT
“Tuuuuuuuuuuuuuutttt” bunyi kereta api sudah terdengar jelas, pertanda kereta api sudah akan berangkat, kami dengan segera mulai mengecek setiap gerbang. Ku lihat di depan bang poltak mencoba masuk gerbong pertama, aku dan teman-teman langsung berbaris mengikuti beliau. Di dalam ruangan, hening, semua penumpang duduk pada tempat mereka masing, ku toleh kanan kiri mengamati ruang gerbong itu. “ Wah, sebagus ini kah tempatnya?? Persis seperti kereta api kelas eksekutif di Indonesia nih!!” ucap batinku. Tapi aku mulai ragu dengan gerbong ini karena semua penumpangnya ku lihat ternyata bukan dari orang-orang mesir, mereka lebih terlihat dari turis Barat. Ternyata benar, beberapa saat kemudian Bang poltak teriak “Bukan ini, gerbong kita ada di depan”.  Aku dan temam-teman langsung berbalik dengan kondisi yng sulit karena beban yang kami bawa, di depan pintu ada seorang petugas, dan kamipun langsung bertanya  untuk mengakidkan (meyakinkan) sambil memperlihatkan tiket kami “ dza fein ya ammu?” (yang ini dimana pak?), petugas itu menjawab “ dza udam yabni, yallah bi sur’ah !!” (ini di bagian depan, sana cepat!!).
Alexandria malam hari
 Kami langsung berlari dengan lebih kencang menuju ke bagian depan kereta. Ternyata ada bagian lucu dalam kisah pencarian gerbong ini. Sambil di selimuti keringat karena terik panas matahari yang menyengat, bang Poltak yang mendapat tugas membawa peratalan masak seperti ricecooker, blander dll yang dibungkus dengan plastik hitam besar di tangan kanan beliau, lalu satu plastik besar lagi yang berisi peralatan lain serta bekal makanan seperti sambal dll di tangan kiri beliau, tentu merasa sangat kerepotan keluar dari gerbong eksekutif karena lorong kereta untuk jalan sangat kecil, tanpa di sadari plastik untuk sambal ternyata berlobang mungkin karena ada benda-benda keras didalamnya yang menusuk plastik. Akhirnya kejadian itupun tak terelakkan, sambal berceceran di lorong kereta api kelas eksekutif. Tak ada yang bisa membayangkan bagaimana malunya, dilihat dan dlirik beberapa turis sambil menampakkan muka-muka sinis mereka yang mungkin mereka merasa terusik dengan kehadiran kami disitu. Tanpa berfikir panjang,karena masih dalam keadaan bingung dan cemas, kisah itu belum menjadi kisah lucu kami.
Setelah keluar dari gerbong eksekutif, kami berlari menuju gerbong paling depan. Aku yang membawa satu kardus air mineral berusaha mencari posisi yang enak untuk membawanya, akhirnya aku memangkunya di atas bahuku, sambil berlari kencang karena gerbong paling depan lumayan jauh. Aku tak sadar ternyata kardus air itu agak lemah dan berlobang, mungkin karena goncangan lariku. Akhirnya botol-botol air mineral itu berjatuhan berserakan, akupun terdiam sambil menurunkan kardus. Aku menoleh kekanan dan kekiri ada banyak orang mesir yang memperhatikanku, kulihat botol-botol air mineral itu berhamburan, bahkan ada beberapa botol yang terjatuh di rel kereta api tepat di bawah kereta api yang akan kami naiki. Aku terdiam sejenak, bingung, cemas karena kereta akan segera berangkat, di tambah lagi saat itu aku berada di posisi terakhir, teman-temanku sudah berlari kedepan. “Khudz yabni”(Ambil itu!!) teriak orang mesir membuyarkan diamku. Akupun mulai memperhatikan botol-botol itu dan berusaha mengambilnya satu persatu tapi masih dalam keadaan bingung, belum lagi ada orang mesir yang malah menyuruhku mengambil salah satu botol yang terjatuh di rel kereta, “wah gila ni orang, kalau kereta nya tiba-tiba jalan bagaimana??”ucapku dalam hati. “ Cepat ambil mad” teriak bang Poltak sambil membantu mengumpulkan sisa-sisa botol air yang berhamburan, akupun kembali bersemangat mendengar suaranya karena ternyata aku tidak di tinggalkan begitu saja oleh teman-teman yang berada di depanku. Aku tidak mendengar jelas ucapan orang-orang mesir yang memperhatikanku,mereka berkata dan berteriak sesuatu, tapi aku mengerti mungkin mereka ingin aku mengambil botol yang ada di rel kereta. Tapi kami acuhkan mereka karena kami berusaha berlari mengejar gerbong depan kereta. Dan Alhamdulillah kami sampai di sana, dan terlihat semua rombongan sudah ada diposisi masing-masing menunggu kami. Aku berfikir kalau seandainya awal perjalanan kami tadi di rekam di beri judul mungkin sangat menarik dan laku... :D
Foto bersama di depan Perpustakaan Alexandria
Para mahasiswa Azhar yang sedang kebingungan mencari gerbong, mengingatnya kembali membuatku kadang ingin selalu tertawa. Ekspresi-ekspresi wajah teman-teman yang belum pernah ku jumpai mereka seperti itu.
Hari Jumat tgl 21/9/2012 jam 12.15 CLT
Kereta apipun berangkat, sambil duduk santai kami mengingat kejadian-kejadian sebelumnya, dengan sedkit candaan, kami tertawa  sambil menceritakan kejadian yang kami alami. Teman-teman yang mendengarnya pun ikut tertawa. Lelah, letih, dan capek pun menghilang. Sambil menunggu sampai ke Alexandria, kami gunakan waktu untuk tertidur. Tak ada satupun yang menduga kisah selanjutnya jauh lebih seru dan penuh pengalaman. Alexandria-Ma’muroh-Maktabah (perpustakaan)-Benteng Qitbey-Pantai Mumtaza…. Bersambung…

Alexandria part I

Asslamualaikum wr wb
Foto bersama IAC di depan stasiun kereta
Note ini ku buat untuk mengenang betapa indahnya perjalananku bersama teman-teman IAC ( Indonesia Al-Quran Community ) di Alexandria, salah satu tempat pariwisata yang di kagumi banyak orang.
Di note ini aku hanya ingin mengukir kejadian-kejadian penting dan lucu yang membuat perjalanan rihlah ini sangat mengesankan, dengan bahasa yang sederhana dan pas-pas an kutulis note ini.
Oya sekedar pengenalan, IAC ( Indonesia Al-Quran Community ) adalah komunitas kumpulan beberapa mahasiswa dan mahasiswai di bawah bimbingan Ust Al Hafidzh Abu Syauqi. Disana kami mempelajari Al-Quran, bagaimana membaca yang benar dan baik sehingga apa yang kita baca sesuai dengan yang dibaca oleh Rasulullah SAW. Mulai dari menghafal matan tajwid, belajar tajwid lebih mendalam, menghafal Al-Quran, mentadabburi kandungan isi Al-Quran.
Hari Kamis tgl 20/9/2012 jam 23.00 CLT
Malam itu rasanya malam paling menegangkan, ditengah kelelahanku setelah menghadiri rapat dengn mahasiswa kaltim, seperti yang sudah di umumkan di grup fb IAC ( Indonesia Al-Quran Community ) bahwa malam itu kita di undang untuk masak-masak bersama untuk bekal perjalanan besok ke Alexandria di rumah daerah mahasiswa Medan. Siapa yang menyangka bahwa ada kejadian besar pada malam itu, yang sedikit menganggu lancarnya perjalanan kami. Berbagai masalah tiba-tiba datang, masalah , seperti transporasi, keuangan, dan anggota yang ikut, yang membuat kami terutama ketua panitia Bang Heru gelisah karena khawatir perjalanan yang sudah di janjikan akan di mulai besok jumat jam 07.00 pagi harus di batalkan.
Alhamdulillah berkat doa dan bantuan beberapa pihak masalah itu sedikit teratasi.
 Tapi masalah itu belum selesai  sampai tiba besok harinya.
Hari Jumat tgl 21/9/2012 jam 07.00 CLT
Di temani dinginnya kota Kairo, beberapa anggota IAC sudah berkumpul di tempat yang sudah di janjikan tepat pukul 07.00 CLT tanpa mereka sadari bahwa kemarin malam ada beberapa masalah yang cukup membuat para panitia acara rihlah ini khawatir.
Kegelisahan di depan stasiun
Akhirnya tepat jam 09.00 CLT semua anggota yang akan rihlah berkumpul, dan seperti yang di duga ternyata semua transportasi sedang tidak bisa pada hari itu. Akhirnya beberapa anggota terlihat kecewa tanpa mereka tahu bahwa para panita sebelum sudah berusaha keras untuk mengusahakannya pada kemarin malam.
Akhinya Ust Abu Syauqi selaku pengajar dan pembina IAC berinisiatif untuk bermusyawarah dengan para anggota guna mencari solusi tentang rihlah ini. Pagi itu berbagai bentuk ekspresi wajah terlihat jelas, ada yang masih ngantuk, ada yang kebingungan seperti ekspresi yang akan selalu bilang iya pada smua keputusan, ada yang sibuk BB an, dan ada yang terlihat serius mengikuti musyawarah. Al hasil Alhamdulillah dengan keterbukaan dan kebersamaan, di putuskan bahwa kita akan berangkat menuju Alexandria tanpa mobil atau bis sewaan, tapi dengan naik kereta. Ada kata-kata indah yang bisa di ambil dalam musyawarah itu, sebuah kalam dari sahabatku Firdaus” Maa laa yudroku kulluh, laa yutroku kullu” Sesuatu yang tidak bisa di ketahui atau di lakukan semuanya, maka tidak perlu harus di tinggalkan semuanya. Satu lagi “semua ini insyaallah akan ada manisnya nanti, dan saya tidak pernah menganggap ini sebagai masalah tapi ini sebagai dinamika kehidupan” by : Ust Abu Syauqi

Asbabun Nuzul Awal Surat Ali Imran

Asbabun Nuzul Awal Surat Ali Imran


Muhammad ibnu Ishaq berkata : Telah datang kepada Rasulullah 60 utusan najron, 14 dari mereka adalah orang-orang terkemuka di kalangan mereka dan tiga darinya merupakan para pembesar kaum. Salah satunya yaitu pemimpin mereka bernama Abdul Masih, kedua adalah seorang cendikiawan mereka memanggilnya As-sayyid, dan yang ketiga adalah orang yang paling berpengalaman dan pemilik madrasah keagamaan mereka yang bernama Abu Haritsah bin ‘Alqomah. Kerajaan Rum sangat memuliakan mereka, memberi harta dan menghormati mereka ketika kerajaan Rum mengetahui usaha mereka dalam beragama.
Kemudian berdialoglah ketiga pembesar ini bersama Nabi Saw. Tentang perbedaan dalam agama mereka. Sesekali mereka mengatakan Isa adalah Allah, terkadang mereka mengatakan Isa adalah anak Allah, dan mereka kadang juga mengatakan tentang Trinitas. Mereka berdalil bahwa Isa adalah Allah karena Isa bisa menghidupkan yang mati, menyembuhkan penyakit kusta dan buta sejak lahir, menyembuhkan orang sakit, mengetahui hal yang ghoib, dan menciptakan burung dari burung yang terbuat dari tanah lalu dia meniupnya dan jadilah dia burung dan terbang. Mereka juga berdalil bahwa Isa adalah anak Allah karena Isa tidak memili bapak. Dan mereka berdalih tentang trinitas dengan perkataan Allah : “Kami melakukan, Kami menjadikan” sekiranya hanya ada satu maka Dia (Allah) akan berkata :“ Aku melakukan”. Rasulullahpun berkata kepada mereka : “masuk Islam lah !”, mereka menjawab :“Kami sudah selamat (Islam)”, Nabipun membantah :” Kalian berdusta, bagaimana mungkin keislaman kalian benar sedang kalian menetapkan bahwa Allah memiliki anak, kalian menyembah salib, memakan babi”, merekapun menjawab : “ lalu siapa bapak dari Isa?”, Nabipun terdiam kemudian Allah menurunkan pada permulaan surat Ali Imron sampai sekitar ayat 80an.
            Kemudian Nabi membantah perkataan mereka :“ bukankah kalian mengetahui bahwa Allah hidup dan tidak akan mati sedang Isa adalah makhluk yang fana?” mereka menjawab :“iya”, Nabi berkata : “bukankah kalian mengetahui bahwa Allah tidak memiliki anak kecuali hanya sekedar menyerupai seperti bapak Isa?” mereka menjawab :”iya”, lalu Nabi berkata : “bukankah kalian mengetahui bahwa Allah menakar sesuatu dan menjaganya kemudian memberi rezki, apakah Isa memiliki kemampuan seperti itu?” mereka menjawab : “tidak”, Nabipun berkata : “ bukankah kalian juga mengetahui bahwa tidak ada satupun di bumi maupun di langit yang tersembunyi dari pengetahuan Allah?, apakah Isa mengetahui sesuatu tentang itu kecuali apa yang telah di ajarkan kepadanya?” mereka menjawab : “tidak”, Nabi berkata : “sesungguhnya tuhan kita Allah telah menjadikan Isa di dalam kandungan sesuai yang Dia kehendaki, dan kalian juga mengetahui bahwa tuhan kita tidak makan, tidak pula minum dan berbicara, sedang kalian mengetahui bahwa Isa dikandung oleh seorang wanita layaknya seorang wanita mengandung, kemudian diasuh layaknya seorang wanita mengasuh anaknya, kemudian dia (Isa) makan, minum dan berbicara” mereka menjawab : “iya” lalu Nabi berkata : “lalu bagaimana bisa menjadi seperti apa yang kalian katakan?”. Merekapun mengetahuinya akan tetapi mereka enggan karena keingkaran mereka, kemudian mereka berkata : “wahai Muhammad bukahkah kamu mengatakan bahwa Isa adalah kalimat Allah dan RuhNya?” Nabi menjawab : “iya” merekapun berkata : “sudah selesai dan cukup bagi kami!” lalu Allah menurunkan firmanNya :

فأما الذين في قلوبهم زيغ فيتبعون ما تشابه منه


Artinya : “ Adapun mereka yang hatinya condong pada kesesatan, mereka mengikuti hal-hal yang mutasyabihat” (QS : Ali Imron : 7)

Di ambil dari : At-Tafsir Al-Kabir/ Mafatihul Ghoib karya Imam Fakhru ad-Din ar-Rozi