Hari Jumat
tgl 21/9/2012 jam 10.30 CLT
Alhamdulillah semua masalah sudah selesai, kami memesan
tiket kereta api yang berangkat jam 12.00 CLT dari stasiun Ramsis menuju
Alexandria. Sambil menunggu menuju stasiun Ramsis, aku dan beberapa teman
melengkapi bekal makanan untuk perjalanan rihlah sambil berbicang ringan dengan
ust Abu Syauqi dan teman-teman IAC.
|
Suasana gerbong kereta |
Hari Jumat
tgl 21/9/2012 jam 11.00 CLT
Kami langsung menuju stasiun Ramsis yang cukup jauh memakan
sekitar 30-45 menit dari tempat kami berkumpul, karena banyak bekal yang kami
bawa untuk perjalanan rihlah selama dua hari. Akhirnya rombongan kami bagi dua,
sebagian besar rombongan naik angkot biasa menuju stasiun, dan Ust Abu Syauqi
beserta istrinya naik taksi sambil membawa bekal-bekal untuk perjalanan kami.
Kami tiba di stasiun tepat pukul 11.35 CLT, hatiku merasa
senang karena ini perjalan pertama kalinya aku menuju Alexandria dengan
mengendarai kereta api. Dalam benakku aku berfikir “enak tidak ya kereta api
mesir?”, dari cerita-cerita yang ku dengar katanya perjalanan jauh lebih indah
jika melalui kereta karena bisa melihat berbagai pemandangan Mesir. Opss aku
lupa!!! ternyata ust Abu Syauqi belum juga tiba di stasiun, di tengah
kegembiraan akan berangkat, aku dan teman-teman kembali khawatir karena ust
belum juga datang, sedang kereta api akan berangkat jam 12.00 CLT. Kami pun
berusaha menghubungi beliau karena semua bekal perjalanan ada bersama beliau,
jadi kami menahan beberapa anggota untuk tetap diluar agar bisa membantu
mengangkat bekal, dan sisanya masuk kedalam stasiun.
Hari Jumat
tgl 21/9/2012 jam 11.40 CLT
|
Saya dan kakak saya |
Di sini mulai terjadi moment-moment lucu rihlah ini, aku dan
teman-teman yang di tugasi untuk menunggu ust mulai kebingungan mencari ust,
karena seperti yang kalian tahu bahwa ramsis itu gabungan terminal dan stasiun,
jadi jelas kalau setiap saat tempat itu ramai dengan berbagai jenis manusia. Ditengah
detk-detik keberangkatan kereta, kami berusaha menemukan ust yang katanya
beliau sudah sampai di Ramsis, “ sempatkah kita?”ucapku dalam benakku, jam sudah
menunjukkan pukul 11.52. Alhamdulillah kami bertemu beliau dan langsung tancap
gas menuju kedalam stasiun, kami bagi-bagi semua bekal untuk di angkat menuju
kedalam stasiun, aku mendapat tugas mengangkat satu kardus air minum aqua, dan
salah satu anggota yaitu bang Poltak mengangkat sisa bawaan yaitu bekal makanan
dengan menggunakan kantong plastik hitam besar yang berisi peralatan masak
serta sebagian makanan seperti sambal dll.
Hari Jumat tgl 21/9/2012 jam 11.52 CLT
“ Sep… Ayo masuk !!!” teriakku dengan nada semangat dan
buru-buru karena takut ketinggalan kereta. Setelah masuk stasiun siapa yang
mengira bahwa rombongan yang kedua ini belum mengenal banyak tentang kereta dan
gerbongnya, kami hanya masuk dan melihat satu kereta yang sudah dalam keadaan
siap berangkat. “ Itu keretanya” ucap bang Poltak dengan nada yakin. Kami pun
berlari kecil untuk masuk kedalam gerbong pertama, karena melihat bang poltak
sebagai orang lama dan berpengalaman, dengan sigap dan cepat kami mengikuti
bang poltak masuk kedalam gerbong pertama.
Suara orang-orang mesir yang beradu, suara kereta yang
terdengar khas di telingaku menemani pencarian gerbong tempat kami akan duduk
di kereta. Sesaat aku teringat dengan berbagai film romance korea yang
pernah ku tonton, di situ di ceritakan seorang laki-laki berusaha mengejar
kekasihnya lalu mencari di setiap gerbong untuk menemukanya, dengan perasaan
harap-harap cemas untuk bisa segera menemuinya. Mungkin begitulah perasaan kami
saat itu.
Hari Jumat tgl 21/9/2012 jam 12.00 CLT
“Tuuuuuuuuuuuuuutttt” bunyi kereta api sudah terdengar
jelas, pertanda kereta api sudah akan berangkat, kami dengan segera mulai
mengecek setiap gerbang. Ku lihat di depan bang poltak mencoba masuk gerbong
pertama, aku dan teman-teman langsung berbaris mengikuti beliau. Di dalam
ruangan, hening, semua penumpang duduk pada tempat mereka masing, ku toleh
kanan kiri mengamati ruang gerbong itu. “ Wah, sebagus ini kah tempatnya??
Persis seperti kereta api kelas eksekutif di Indonesia nih!!” ucap batinku.
Tapi aku mulai ragu dengan gerbong ini karena semua penumpangnya ku lihat
ternyata bukan dari orang-orang mesir, mereka lebih terlihat dari turis Barat.
Ternyata benar, beberapa saat kemudian Bang poltak teriak “Bukan ini, gerbong
kita ada di depan”.
Aku dan temam-teman
langsung berbalik dengan kondisi yng sulit karena beban yang kami bawa, di
depan pintu ada seorang petugas, dan kamipun langsung bertanya
untuk
mengakidkan (meyakinkan) sambil
memperlihatkan tiket kami “ dza fein ya ammu?” (yang ini dimana pak?), petugas
itu menjawab “ dza udam yabni, yallah bi sur’ah !!” (ini di bagian depan, sana
cepat!!).
|
Alexandria malam hari |
Kami langsung berlari dengan lebih kencang menuju ke bagian
depan kereta. Ternyata ada bagian lucu dalam kisah pencarian gerbong ini.
Sambil di selimuti keringat karena terik panas matahari yang menyengat, bang
Poltak yang mendapat tugas membawa peratalan masak seperti ricecooker, blander
dll yang dibungkus dengan plastik hitam besar di tangan kanan beliau, lalu satu
plastik besar lagi yang berisi peralatan lain serta bekal makanan seperti
sambal dll di tangan kiri beliau, tentu merasa sangat kerepotan keluar dari
gerbong eksekutif karena lorong kereta untuk jalan sangat kecil, tanpa di
sadari plastik untuk sambal ternyata berlobang mungkin karena ada benda-benda
keras didalamnya yang menusuk plastik. Akhirnya kejadian itupun tak terelakkan,
sambal berceceran di lorong kereta api kelas eksekutif. Tak ada yang bisa
membayangkan bagaimana malunya, dilihat dan dlirik beberapa turis sambil
menampakkan muka-muka sinis mereka yang mungkin mereka merasa terusik dengan
kehadiran kami disitu. Tanpa berfikir panjang,karena masih dalam keadaan
bingung dan cemas, kisah itu belum menjadi kisah lucu kami.
Setelah keluar dari gerbong eksekutif, kami berlari menuju
gerbong paling depan. Aku yang membawa satu kardus air mineral berusaha mencari
posisi yang enak untuk membawanya, akhirnya aku memangkunya di atas bahuku,
sambil berlari kencang karena gerbong paling depan lumayan jauh. Aku tak sadar
ternyata kardus air itu agak lemah dan berlobang, mungkin karena goncangan lariku. Akhirnya botol-botol air mineral itu berjatuhan berserakan, akupun terdiam sambil menurunkan kardus. Aku menoleh kekanan dan
kekiri ada banyak orang mesir yang memperhatikanku, kulihat botol-botol air
mineral itu berhamburan, bahkan ada beberapa botol yang terjatuh di rel kereta
api tepat di bawah kereta api yang akan kami naiki. Aku terdiam sejenak,
bingung, cemas karena kereta akan segera berangkat, di tambah lagi saat itu aku
berada di posisi terakhir, teman-temanku sudah berlari kedepan. “Khudz
yabni”(Ambil itu!!) teriak orang mesir membuyarkan diamku. Akupun mulai
memperhatikan botol-botol itu dan berusaha mengambilnya satu persatu tapi masih
dalam keadaan bingung, belum lagi ada orang mesir yang malah menyuruhku
mengambil salah satu botol yang terjatuh di rel kereta, “wah gila ni orang,
kalau kereta nya tiba-tiba jalan bagaimana??”ucapku dalam hati. “ Cepat ambil
mad” teriak bang Poltak sambil membantu mengumpulkan sisa-sisa botol air yang
berhamburan, akupun kembali bersemangat mendengar suaranya karena ternyata aku
tidak di tinggalkan begitu saja oleh teman-teman yang berada di depanku. Aku tidak mendengar jelas ucapan orang-orang mesir yang memperhatikanku,mereka berkata dan
berteriak sesuatu, tapi aku mengerti mungkin mereka ingin aku mengambil botol
yang ada di rel kereta. Tapi kami acuhkan mereka karena kami berusaha berlari
mengejar gerbong depan kereta. Dan Alhamdulillah kami sampai di sana, dan
terlihat semua rombongan sudah ada diposisi masing-masing menunggu kami. Aku
berfikir kalau seandainya awal perjalanan kami tadi di rekam di beri judul
mungkin sangat menarik dan laku... :D
|
Foto bersama di depan Perpustakaan Alexandria |
Para mahasiswa Azhar yang sedang kebingungan mencari
gerbong, mengingatnya kembali membuatku kadang ingin selalu tertawa.
Ekspresi-ekspresi wajah teman-teman yang belum pernah ku jumpai mereka seperti
itu.
Hari Jumat tgl 21/9/2012 jam 12.15 CLT
Kereta apipun berangkat, sambil duduk santai kami mengingat
kejadian-kejadian sebelumnya, dengan sedkit candaan, kami tertawa sambil menceritakan kejadian yang kami alami.
Teman-teman yang mendengarnya pun ikut tertawa. Lelah, letih, dan capek pun
menghilang. Sambil menunggu sampai ke Alexandria, kami gunakan waktu untuk
tertidur. Tak ada satupun yang menduga kisah selanjutnya jauh lebih seru dan
penuh pengalaman. Alexandria-Ma’muroh-Maktabah (perpustakaan)-Benteng
Qitbey-Pantai Mumtaza…. Bersambung…