Rabu, 20 Maret 2013

Alexandria part II

Hari Jumat tgl 21/9/2012 jam 10.30 CLT
Alhamdulillah semua masalah sudah selesai, kami memesan tiket kereta api yang berangkat jam 12.00 CLT dari stasiun Ramsis menuju Alexandria. Sambil menunggu menuju stasiun Ramsis, aku dan beberapa teman melengkapi bekal makanan untuk perjalanan rihlah sambil berbicang ringan dengan ust Abu Syauqi dan teman-teman IAC.
Suasana gerbong kereta
Hari Jumat tgl 21/9/2012 jam 11.00 CLT
Kami langsung menuju stasiun Ramsis yang cukup jauh memakan sekitar 30-45 menit dari tempat kami berkumpul, karena banyak bekal yang kami bawa untuk perjalanan rihlah selama dua hari. Akhirnya rombongan kami bagi dua, sebagian besar rombongan naik angkot biasa menuju stasiun, dan Ust Abu Syauqi beserta istrinya naik taksi sambil membawa bekal-bekal untuk perjalanan kami.
Kami tiba di stasiun tepat pukul 11.35 CLT, hatiku merasa senang karena ini perjalan pertama kalinya aku menuju Alexandria dengan mengendarai kereta api. Dalam benakku aku berfikir “enak tidak ya kereta api mesir?”, dari cerita-cerita yang ku dengar katanya perjalanan jauh lebih indah jika melalui kereta karena bisa melihat berbagai pemandangan Mesir. Opss aku lupa!!! ternyata ust Abu Syauqi belum juga tiba di stasiun, di tengah kegembiraan akan berangkat, aku dan teman-teman kembali khawatir karena ust belum juga datang, sedang kereta api akan berangkat jam 12.00 CLT. Kami pun berusaha menghubungi beliau karena semua bekal perjalanan ada bersama beliau, jadi kami menahan beberapa anggota untuk tetap diluar agar bisa membantu mengangkat bekal, dan sisanya masuk kedalam stasiun.
Hari Jumat tgl 21/9/2012 jam 11.40 CLT
Saya dan kakak saya
Di sini mulai terjadi moment-moment lucu rihlah ini, aku dan teman-teman yang di tugasi untuk menunggu ust mulai kebingungan mencari ust, karena seperti yang kalian tahu bahwa ramsis itu gabungan terminal dan stasiun, jadi jelas kalau setiap saat tempat itu ramai dengan berbagai jenis manusia. Ditengah detk-detik keberangkatan kereta, kami berusaha menemukan ust yang katanya beliau sudah sampai di Ramsis, “ sempatkah kita?”ucapku dalam benakku, jam sudah menunjukkan pukul 11.52. Alhamdulillah kami bertemu beliau dan langsung tancap gas menuju kedalam stasiun, kami bagi-bagi semua bekal untuk di angkat menuju kedalam stasiun, aku mendapat tugas mengangkat satu kardus air minum aqua, dan salah satu anggota yaitu bang Poltak mengangkat sisa bawaan yaitu bekal makanan dengan menggunakan kantong plastik hitam besar yang berisi peralatan masak serta sebagian makanan seperti sambal dll.
Hari Jumat tgl 21/9/2012 jam 11.52 CLT
“ Sep… Ayo masuk !!!” teriakku dengan nada semangat dan buru-buru karena takut ketinggalan kereta. Setelah masuk stasiun siapa yang mengira bahwa rombongan yang kedua ini belum mengenal banyak tentang kereta dan gerbongnya, kami hanya masuk dan melihat satu kereta yang sudah dalam keadaan siap berangkat. “ Itu keretanya” ucap bang Poltak dengan nada yakin. Kami pun berlari kecil untuk masuk kedalam gerbong pertama, karena melihat bang poltak sebagai orang lama dan berpengalaman, dengan sigap dan cepat kami mengikuti bang poltak masuk kedalam gerbong pertama.
Suara orang-orang mesir yang beradu, suara kereta yang terdengar khas di telingaku menemani pencarian gerbong tempat kami akan duduk di kereta. Sesaat aku teringat dengan berbagai film romance korea yang pernah ku tonton, di situ di ceritakan seorang laki-laki berusaha mengejar kekasihnya lalu mencari di setiap gerbong untuk menemukanya, dengan perasaan harap-harap cemas untuk bisa segera menemuinya. Mungkin begitulah perasaan kami saat itu.
Hari Jumat tgl 21/9/2012 jam 12.00 CLT
“Tuuuuuuuuuuuuuutttt” bunyi kereta api sudah terdengar jelas, pertanda kereta api sudah akan berangkat, kami dengan segera mulai mengecek setiap gerbang. Ku lihat di depan bang poltak mencoba masuk gerbong pertama, aku dan teman-teman langsung berbaris mengikuti beliau. Di dalam ruangan, hening, semua penumpang duduk pada tempat mereka masing, ku toleh kanan kiri mengamati ruang gerbong itu. “ Wah, sebagus ini kah tempatnya?? Persis seperti kereta api kelas eksekutif di Indonesia nih!!” ucap batinku. Tapi aku mulai ragu dengan gerbong ini karena semua penumpangnya ku lihat ternyata bukan dari orang-orang mesir, mereka lebih terlihat dari turis Barat. Ternyata benar, beberapa saat kemudian Bang poltak teriak “Bukan ini, gerbong kita ada di depan”.  Aku dan temam-teman langsung berbalik dengan kondisi yng sulit karena beban yang kami bawa, di depan pintu ada seorang petugas, dan kamipun langsung bertanya  untuk mengakidkan (meyakinkan) sambil memperlihatkan tiket kami “ dza fein ya ammu?” (yang ini dimana pak?), petugas itu menjawab “ dza udam yabni, yallah bi sur’ah !!” (ini di bagian depan, sana cepat!!).
Alexandria malam hari
 Kami langsung berlari dengan lebih kencang menuju ke bagian depan kereta. Ternyata ada bagian lucu dalam kisah pencarian gerbong ini. Sambil di selimuti keringat karena terik panas matahari yang menyengat, bang Poltak yang mendapat tugas membawa peratalan masak seperti ricecooker, blander dll yang dibungkus dengan plastik hitam besar di tangan kanan beliau, lalu satu plastik besar lagi yang berisi peralatan lain serta bekal makanan seperti sambal dll di tangan kiri beliau, tentu merasa sangat kerepotan keluar dari gerbong eksekutif karena lorong kereta untuk jalan sangat kecil, tanpa di sadari plastik untuk sambal ternyata berlobang mungkin karena ada benda-benda keras didalamnya yang menusuk plastik. Akhirnya kejadian itupun tak terelakkan, sambal berceceran di lorong kereta api kelas eksekutif. Tak ada yang bisa membayangkan bagaimana malunya, dilihat dan dlirik beberapa turis sambil menampakkan muka-muka sinis mereka yang mungkin mereka merasa terusik dengan kehadiran kami disitu. Tanpa berfikir panjang,karena masih dalam keadaan bingung dan cemas, kisah itu belum menjadi kisah lucu kami.
Setelah keluar dari gerbong eksekutif, kami berlari menuju gerbong paling depan. Aku yang membawa satu kardus air mineral berusaha mencari posisi yang enak untuk membawanya, akhirnya aku memangkunya di atas bahuku, sambil berlari kencang karena gerbong paling depan lumayan jauh. Aku tak sadar ternyata kardus air itu agak lemah dan berlobang, mungkin karena goncangan lariku. Akhirnya botol-botol air mineral itu berjatuhan berserakan, akupun terdiam sambil menurunkan kardus. Aku menoleh kekanan dan kekiri ada banyak orang mesir yang memperhatikanku, kulihat botol-botol air mineral itu berhamburan, bahkan ada beberapa botol yang terjatuh di rel kereta api tepat di bawah kereta api yang akan kami naiki. Aku terdiam sejenak, bingung, cemas karena kereta akan segera berangkat, di tambah lagi saat itu aku berada di posisi terakhir, teman-temanku sudah berlari kedepan. “Khudz yabni”(Ambil itu!!) teriak orang mesir membuyarkan diamku. Akupun mulai memperhatikan botol-botol itu dan berusaha mengambilnya satu persatu tapi masih dalam keadaan bingung, belum lagi ada orang mesir yang malah menyuruhku mengambil salah satu botol yang terjatuh di rel kereta, “wah gila ni orang, kalau kereta nya tiba-tiba jalan bagaimana??”ucapku dalam hati. “ Cepat ambil mad” teriak bang Poltak sambil membantu mengumpulkan sisa-sisa botol air yang berhamburan, akupun kembali bersemangat mendengar suaranya karena ternyata aku tidak di tinggalkan begitu saja oleh teman-teman yang berada di depanku. Aku tidak mendengar jelas ucapan orang-orang mesir yang memperhatikanku,mereka berkata dan berteriak sesuatu, tapi aku mengerti mungkin mereka ingin aku mengambil botol yang ada di rel kereta. Tapi kami acuhkan mereka karena kami berusaha berlari mengejar gerbong depan kereta. Dan Alhamdulillah kami sampai di sana, dan terlihat semua rombongan sudah ada diposisi masing-masing menunggu kami. Aku berfikir kalau seandainya awal perjalanan kami tadi di rekam di beri judul mungkin sangat menarik dan laku... :D
Foto bersama di depan Perpustakaan Alexandria
Para mahasiswa Azhar yang sedang kebingungan mencari gerbong, mengingatnya kembali membuatku kadang ingin selalu tertawa. Ekspresi-ekspresi wajah teman-teman yang belum pernah ku jumpai mereka seperti itu.
Hari Jumat tgl 21/9/2012 jam 12.15 CLT
Kereta apipun berangkat, sambil duduk santai kami mengingat kejadian-kejadian sebelumnya, dengan sedkit candaan, kami tertawa  sambil menceritakan kejadian yang kami alami. Teman-teman yang mendengarnya pun ikut tertawa. Lelah, letih, dan capek pun menghilang. Sambil menunggu sampai ke Alexandria, kami gunakan waktu untuk tertidur. Tak ada satupun yang menduga kisah selanjutnya jauh lebih seru dan penuh pengalaman. Alexandria-Ma’muroh-Maktabah (perpustakaan)-Benteng Qitbey-Pantai Mumtaza…. Bersambung…

1 komentar: